Pagi ini,aku duduk sendiri dikelas. Aku duduk di
tempat yang biasa aku duduk. Aku mulai mengecek task u. Sial!! Novel
kesayanganku tertinggal! Membosankan! Ya,kalau begitu aku hanya menompang dagu.
‘Anne,kamu mau masuk SMA mana?’ Tanya Vania membuyarkan
lamunanku
‘ehhh..gatau juga,Van. Kayanya Steve Umbridge High School
deh. Kamu?’ tanyaku
‘yaahh,kita beda dong. Aku bakal di asrama. Aku di
Graciven.’ Kata Vania sedih
‘kamu tahan tinggal di Asrama?’ tanyaku heran
‘hehe..gatau juga. Itu aja coba-coba.’ Kata Vania sambil
tersenyum seraya melirik handphone nya yang bergetar.
‘eh,Ann. Aku ketaman dulu ya!’ katanya sambil berlari kecil
meninggalkanku.
Aku masih duduk sendiri di dalam kelas. Beberapa minggu lagi
kami akan berpisah. Ini adalah hari-hari dimana aku dan teman-teman SMP ku
masih bisa bersama-sama. Masih bisa tertawa,berkumpul. Aku menoleh ke barisan
ke-3,mataku tertuju pada bangku kosong itu. Pemilik nya laki-laki. Namanya
Louis.
‘Louis,Louis…’ aku memikirkannya. Memikirkannya membuatku
tersenyum-senyum sendiri. Aku menyukainya. Jujur. Aku menyukai Louis. Aku
tahu,ini saat yang tepat untuk menyatakan isi hatiku kepadanya,namun aku
perempuan. Mana mungkin perempuan menyatakan cinta pada lelaki!? Lagipula,aku
tak punya nyali untuk begitu. Tapii,jika tidak begitu bagaimana dia bisa tahu.
Aku harus mencarinya!
‘ya! Aku harus mencari dan memberitahu yang sebenarnya’ aku
menghela nafas dalam agar menjadi yakin dan lebih rileks,sembari merapikan
seragam dan bersiap untuk pulang dan melangkahkan kaki keluar kelas.
‘tuuuttt,tuuuttt,hallo
tolong jemput saya disekolah..ok’ aku sudah menelepon supir ku. Sekarang,aku
hanya perlu duduk di dekat gerbang sekolah. Menunggu.
Aku berjalan kea rah gerbang sekolah. Tekadku untuk menemui
Louis. Agar semua yang dihatiku terasa lebih enak. Terdengar suara lelaki dari
arah gerbang depan,diikuti langkah kakinya
‘ayo ikuti aku. Hahaha..’
Suara itu. Suara yang sangat ku kenal. Itu pasti suara Louis. Aku menoleh mencari
sosok itu. Ya! Itudia! Louis yang sedang tersenyum manis. Pasti dia sedang
bahagia. Dia menyampirkan tasnya,yang sepertinya terus menerus melorot.
‘heyy,Lou..!!’
Itu suara perempuan. Louis membawa perempuan. Perempuan?
Siapa dia? Kakak? Adik? Sepupu? Atau mungkin pacar?! Begitu perempuan itu
mengejarnya,Louis menggandeng erat tangannya. Aku sedikit terkejut dengan
gandengan tangan erat itu. Ingin rasanya aku membatalkan niat ku itu,namun hati
kecilku seolah berbicara bahwa aku harus menyatakannya! Seketika,aku dilanda kerisauan.
Aku bingung,nyatakan atau abaikan. Apa yang harus kulakukan..aku menunduk
bingung.
‘annelise?’ kata suara seseorang.
Aku mengangkat wajahku. Itu Louis. Dia didepanku. Dia
menegurku. Dan,dia..dia..dia menatap wajahku. Aku menatap wajahnya juga. Louis
dari dekat tampak begitu mempesona. Bola mata cokelat,rambut rapi cokelat dan
perpaduan wajah Inggris dan Belanda serta kulitnya yang kecoklatan.
Menghadirkan sisi eksotis,tampan dan tak bosan untuk dilihat dan selalu
diingat. Apalagi gayanya. Bad boy. Tapi berhati setia dan baik hati.
‘hey,Annelise! Kau ini kenapa? Apa kau sakit? Aku bisa
mengantarmu pulang jika kau sakit. Kau,nampak pucat.’ Kata Lou perhatian
‘tidak. Aku tidak apa-apa. Aku sehat. Oh ya,Lou ada sesuatu
yang perlu aku bicarakan.’ Kataku
Louis menoleh kebelakang. Perempuan itu ada di belakangnya.
Masih dalam genggaman tangan Lou. Dia menatap perempuan itu. Perempuan itu menaikkan bahunya.
‘empat mata!’ kataku tegas.
‘ini hanya sebentar. Sekitar 15 menit.’ Kataku lagi untuk
meyakinkannya
‘bagaimana jika 10 menit?’ Tanya Louis menawar.
Aku berpikir sejenak,’baiklah. 10 menit. Lou,aku mau kita
ketaman’ kataku. Louis menuruti ku patuh. Dan mengikuti ku dari
belakang,sesekali Lou menoleh kebelakang,untuk melihat perempuan itu.
‘ini saatnya,ini saatnya,ini saatnya. 10 menit yang
mendebarkan. Rileks anne,rileks anne..’ kataku dalam hati sambil berjalan
menuju taman sekolah
‘Anne,apakah ini begitu penting?’ Tanya Lou ditengah jalan
‘iya. Memang nya kenapa?’ tanyaku
‘aku tak tega meninggalkan nya sendirian.’ Aku Lou
‘kalau aku boleh tahu,perempuan itu siapa?’ tanyaku
memancing.
‘oh ya! Aku lupa!’ kata Lou keras,mengejutkanku
‘lu pa apa?’ Tanya ku
gugup karena dikejutkan
‘haha..aku lupa memberitahu mu kabar gembira ini! Perempuan
yang tadi bersama ku itu adalah,pacarku! Dia Ashley. Bagaimana menurutmu? Dia
cantik bukan?’ kata Lou bahagia. Matanya berbinar-binar menceritakan tentang
pacar barunya itu. Aku langsung merasa miris.
Perempuan itu adalah pacarnya! Seketika,hatiku hancur. Ingin
rasanya aku menangis,namun aku malu. Aku tersenyum didepanya. Padahal dalam
hati menangis.
‘Ashley Greene maksudmu? hahah’ tanyaku mengingat artis
Hollywood,yang namanya juga Ashley. Sebenarnya candaan itu hanya akting,untuk
meyakinkan Lou bahwa aku tidak sakit hati.
‘haha..tentu saja tidak. Omong-omong,apa yang mau kau
bicarakan tadi? Kita juga sudah sampai di taman.’ Kata Lou sambil melihat-lihat
keadaan disekeliling taman ini. Taman hijau,dikelilingi beraneka macam jenis
bunga dan tanaman. Taman ini seharusnya jadi tempat yang indah,tapi tidak
buatku. Ini tempat yang menyakitkan.
‘Lou,seandainya kau tahu,aku selalu menunggumu. Tapi kenapa
kau tak bisa lihat,bahwa aku ada disini? Kenapa yang kau pilih dia. Kenapa
bukan aku?’ ucapku dengan sedih dalam hati
‘oh,itu tidak apa-apa’ kataku sambil membuat seutas garis
senyum di wajahku.
‘apa kau yakin? Kau nampak pucat…’ kata Lou. Dia juga menyentuh pipiku.
‘kau juga dingin. Apa kau demam?’ kata Lou perhatian.
‘sentuhannya..’ ucapku dalam hati. Tangannya hangat,seperti
bau wewangian Sandalwood.
Sandalwood.. bukannya itu untuk mengekspresikan rasa kasih
sayang pada seseorang.
‘ahh Lou,kau memang lelaki yang baik. Walaupun kau sudah
mempunyai pacar seperti sekarang,kau tetap perhatian padaku. Lou.. aku
mohon,jangan begitu. Kau membuat ini susah. Jika kau begini,aku takkan bisa
melupakanmu.’ Ucapku dalam hati
‘aku tidak demam. Aku sehat,Lou. Percayalah. Kau bisa
meninggalkan ku. Temuilah Ashley. Dia menunggumu disana.’ Kataku mencoba tegar
dan seolah mendukungnya.
‘ahhh..baiklah. kau benar!’ kata Lou yang mau beranjak
pergi.
‘Lou?’ panggil ku sekali lagi
‘semoga langgeng..’ kataku berusaha tersenyum
‘ahaha..kau memang teman yang baik. Ya,terima kasih,Anne!’
kata Lou. Dia berlarian untuk menemui Ashley
‘apa katanya? Aku teman yang baik karena mengucapkan kata
semoga langgeng tadi? Ohh,Lou.. tak bisakah kau lihat aku menyukaimu. Aku ingin
kau jadi pacarku. Bukan sebatas temanmu.’ Gumamku sambil melihat Lou berlari
kecil untuk menemui Ashley.
Kristal-kristal bening dan cair mulai memenuhi pelupuk
mataku. Mulutku mulai ternganga. Aku tahu,aku akan menangis. Aku mulai menutup
mulutku dengan tanganku. Agar,rintihanku tak terdengar. Taman ini sepi sekali.
Suara sekecil apapun bisa terdengar. Tapi,menutupi mulut dengan 1 tangan tak
berguna. Aku tak bisa meredamnya. Akhirnya aku memutuskan untuk menelepon supir
ku lagi. Kuharap supirku segera datang dan aku langsung pulang.
‘hello..where are you? It’s been so long,you
know!..what!?..ok.’ ternyata supirku sudah menungguku. Aku merasa sedikit tidak
enak,karena membentaknya di telepon tadi,padahal dia sudah didepan gerbang. Aku
langsung menghapus air mataku dengan lengan bajuku. Aku menangis sebentar,namun
wajahku nampak merah. Diam-diam,dibalik rimbunan bunga Peoni,aku mengintip dulu.
Ternyata,supirku sedang mengobrol dengan murid SMP ku juga.Dan itu,Louis dan
Ashley!! Bagaimana mungkin aku berlarian kesana dengan wajah seperti ini. Aku
terus-menerus menyeka air mata yang tak bisa berhenti. Namun susah sekali. Air
mata ini terus mengalir. Apalagi,hidung,mata dan pipi ku terlihat merah.
Akhirnya aku mencoba mengusap-usap wajahku dengan tisu basah agar tak terlalu
terlihat bahwa aku menangis.
Aku
memberanikan diri berjalan santai menuju gerbang sekolah,mencoba menghadapi Lou
dan Ashley yang tengah bergandengan tangan mesra dan mengobrol dengan pak
supir. Disamping mereka berdua,telah ada mobil Mercedes hitam mengkilat yang
telah menungguku. Dengan mata merah,aku berlarian kesana. Sambil mencoba
menghentikan air mata yang terus menerus meluncur ini. Namun,menangis sambil
berlari sama sekali tak memberikan efek baik-baik saja. Malah,menimbulkan efek
aku tidak baik-baik saja. Aku terlihat seperti orang yang mabuk. Sempoyongan
dengan kepala tertunduk dan bahu berguncang.
‘Anne!!’ Lou masih saja perhatian denganku yang terlihat
berjalan sempoyongan. Dia meninggalkan Ashley dan berlari ke arahku. Ashley dan
Lou menemuiku. Aku terjatuh ditengah jalan. Ashley pun ikut membantuku berdiri.
Sementara supirku membukakan pintu mobil untukku. Lou dan Ashley membantuku
berjalan. Tanganku dilingkarkan Lou dan Ashley.
‘it’s become harder to forget you,boy’ kataku sambil melihat
Lou yang berusaha membantuku berjalan. Lou dan Ashley memasukkanku kemobil. Aku
masih bisa duduk. aku memutuskan untuk duduk saja,sambil memeluk erat boneka
teddy bear pink sedangku.
‘thanks Lou and Ashley.’ Kataku sambil tersenyum manis dari
dalam mobil. Lou dan Ashley membalas senyumku sambil melambaikan tangan kearah
ku,sementara kaca mobil akan menutup. Aku masih melihat mereka yang berdiri
dengan senyuman kearah ku. Begitu kaca mobil tertutup,mobil langsung melaju
kencang.
‘hikss..’ aku langsung menutup mulutku dengan tisu. Sebelum
supirku yang satu ini tahu. Aku membaringkan tubuhku ditutupi boneka teddy bear
yang mengelilngi kepalaku. Diam-diam,air mataku mengalir deras dibalik jok
mobil ini. Sakit rasanya. Sakit sekali…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar